Imamul Auliya'

Dalam thoreqoh itu ada juga namanya kedudukan, sebagaimana kedudukan dalam pemerintahan, ada hansip, ada lurah,. camat , bupati dll sampai presiden, kalau dalam thoreqoh juga ada kedudukan kewalian dan kedudukan ahli talqin, ahli baiat, ahli silsilah, ahli sanad,
Kalau dalam kewaliannya ada wali imamul auliya, sultonul auliya, qutuq aqtob, qutub, ghous, budala... dan sampai bawah wali abdal. Juga yang sama sekali tak punya kedudukan.
Ini misal kamu ditalkin oleh orang yang tak punya kedudukan sama sekali, maka kamu akan menjadi orang yang lebih tak punya kedudukan di sisi Allah. Sekalipun kamu ikut talkin lagi kepada orang yang punya kedudukan di sisi Allah tetap saja kamu tak punya kedudukan, karena kekeliruan meminta talkin pada orang yang salah.
Contoh ada seorang yang mendaftar jadi satpam, di kepresidenan, dia sebelumnya tak tau kalau jadi satpam itu kedudukan rendah, setelah dia tau ada kedudukan namanya menteri, wah kebetulan si satpam, melihat ada pengangkatan dan sumpah jabatan menteri, maka dia ikut saja sumpah malah paling keras meneriakkan sumpahnya, dari pada menteri yang hadir, ya dengan harapan menjadi menteri, kan gajinya lebih besar dari sekedar satpam, sumpah selesai, para menteri diberi tempat tugas dan kantor masing-masing, dan si satpam diperintah kembali ke depan pintu menjaga pintu lagi..... nah itu contoh gampangnya, semoga paham,
Dalam thoreqoh juga begitu, misal kamu ditalkin oleh seseorang yang tak punya kedudukan di sisi Allah, diangkat jadi satpam dalam thoreqoh, maka kamu tak akan naik ke level tingkatan paling tinggi, paling jadi satpol pp, jadi jika kamu akan ditalkin oleh seseorang lihat dulu kedudukannya di sisi Allah, setidaknya lihat orang itu punya tidak kelebihan khorikul adat, kelebihan yang tak umum di masyarakat.
Wali-wali yang menjadi guru pembimbing, memiliki kedekatan yang serupa dengan Nabi s.a.w dengan Tuhannya. Amanah dan penjagaan terhadap ilmu ketuhanan yang serupa dianugerahkan kepada mereka. Mereka merupakan Pemegang sebagian daripada kenabian, dan diri batin mereka selamat di bawah penjagaan Rasulullah s.a.w. dalam wali-wali pembimbing juga ada tingkatan kedudukan, sudah pernah saya tulis update status saya soal kedudukan kewalian dalam sifat secara umum, ini sedikit ku tulis soal kedudukan kewalian secara khusus, kesejatian kewalian dalam pembimbing itu semua membawa cahaya nur muhammad, besar kecilnya cahaya itu yang menjadikan tinggi rendahnya derajad, dalam penggambarannya nur Allah itu memancar pada nur muhammad dan nur muhammad itu memnacar pada orang yang dikehendakinya, orang yang dikehendakinya membawa nur paling besar itu mempunyai keturunan terdekat dengan rosululloh sendiri, sebab yang kuat membawa cahaya yang besar itu hanya bibit yang unggul.
Ingat suatu kata, tulisan, gerak, laku, itu kalau tidak membawa cahaya maka tidak begitu ada efek yang ditimbulkan, sekalipun itu diucapkan menggebu-gebu, efek di sini yang maksud adalah efek pancaran keimanan keyakinan dan tarikan kekuatan beribadah pada Allah, bukan efek melakukan suatu kemaksiatan, jadi ucapan ajakan, tulisan seruan kepada ibadah itu tak akan berimbas menimbulkan bekas di dalam hati jika tulisan atau ajakan itu tidak ada nur muhammad di dalamnya, jika ada nur muhammad di dalamnya atau disandarkan pada orang yang memiliki gilang gemilang nur muhammad, maka efek yang ditimbulkan, berbekas sangat kuat, nah kuatnya bekas yang ditimbulkan itu tergantung dengan tinggi rendahnya kedudukan orang yang memiliki nur muhammad itu, bekas yang ditimbulkan itu bukan hanya berbondong-bondongnya orang yang datang tapi kuatnya orang menjalankan ajakan itu menjalankan amaliyah yang diberikan, ada kehangatan semangat menggelora membakar kemauan kuat dalam hati orang yang menerima pancaran nur muhammad yang dibawa oleh orang yang ada nur muhammadi dalam dadanya.
dan juga Dalam kewalian itu tingkatan pembimbing setiap jaman ada, ada namanya wali kutub, yaitu yang mencetak wali-wali kecil untuk menjadi tentara yang akan membimbing orang awam kebanyakan, untuk mencapai derajad kemakrifatan sesuai kadar masing masing orang, ada banyak wali kutub sejak jaman rasululloh sampai sekarang, karena setiap masa itu ada, ada kadang satu masa beberapa wali kutub, dalam wali kutub juga ada tingkatan-tingakatan, jadi ada wali kutub tingkat rendah biasanya untuk membimbing banyak orang, dan ada wali kutub tingkatan menengah dan tinggi, mereka membimbing para wali yang lebih punya tingkatan, dan ada kedudukan di atas wali kutub, yaitu wali yang ada di jaman-jaman tertentu, sejak jaman nabi muhammad sampai hari kiamat hanya ada empat saja, namanya imamul auliya, yang menjadi imam bagi semua wali, semua auliya akan berdiri di belakangnya untuk ikut sholat berjamaah di belakangnya, sebagaimana nabi itu imamul ambiya wal mursalin, menjadi imam bagi para nabi dan rosul. Kedudukan imamul auliya ini memegang kedudukan semua wali dari wali qutub sampai wali badal semua ada padanya, diajar langsung oleh rosululloh saw.
Dalam pengertian orang diajar langsung oleh rosululloh saw itu juga sebenarnya di dalamnya ada tingkatan-tingkatannya, hadis riwayat Muslim dan Abû Dâwûd melalui jalur Abû Hurairah ra. Berikut teks hadis tersebut:
“Siapa yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar atau seakan-akan ia telah melihatku. Dan syetan tidak bisa menyerupai diriku.” dalam kontek kebenarannya, saya hanya akan mengambil kata "Dan syetan tidak bisa menyerupai diriku" jadi jelasnya begini, jadi para auliya' yang tingkatannya tinggi, misal sekelas wali kutub itu mereka juga diajar langsung di bawah rosululloh SAW, tapi di bawah rosululloh itu banyak macamnya, seperti orang indonesia yang ke luar negeri, ditanya orang, kamu jabatannya apa? saya di bawah jokowi presiden indonesia, nah kedudukan di bawah jokowi itu ada yang berkedudukan sebagai lurah, camat, bupati, gubernur, dll, bahkan hansip juga ada, jabatan hansip tentu beda dengan jabatan gubernur, sekalipun duduk di kursi yang sama waktu menghadiri kondangan, jadi ketika seseorang itu ditemui oleh nabi saw, dan itu benar tidak sama sekali ditiru oleh setan, kalau itu bentuk menyerupai nabi, karena rosululloh sendiri tak bisa ditiru oleh setan atau jin, ini bukan yang mengaku nabi lo ya, kalau mengaku nabi, setan juga jin jelas bisa melakukan kamu juga bisa kok mengaku nabi, ini bahasannya soal menyerupai nabi, setan tidak bisa membentuk menyerupai nabi saw, tapi biasanya rosululloh memerintahkan malaikat untuk menyerupai beliau, jadi mendatangi orang yang dikehendaki, juga para wali kutub itu tak ada yang didatangi ruh asli/idhofi rosululloh, tapi hanya didatangi ruh biasa, dan orang yang didatangi ruh idhofi rosululloh itu hanya para auliya yang menjadi imam dari para wali, karena apa kok imamul auliya itu didatangi rosululloh secara langsung, karena orang itu harus memakai jubah yang diberikan rosululloh namanya jubah imamah, sebagai penerus rosululloh saw, atau warosatul ambiya, dan yang memakaikan dan mengangkatnya juga rosululloh saw, disaksikan semua nabi dan sahabat.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar